waktuku kecil

waktuku kecil

Selasa, 02 Maret 2010

Masalah Gizi Balita

BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Sekitar 37,3 juta penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, separo dari total rumah tangga mengonsumsi makanan kurang dari kebutuhan sehari-hari, lima juta balita berstatus gizi kurang, dan lebih dari 100 juta penduduk berisiko terhadap berbagai masalah kurang gizi.
Itulah sebagian gambaran tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia yang perlu mendapat perhatian sungguh-sungguh untuk diatasi. Apalagi Indonesia sudah terikat dengan kesepakatan global untuk mencapai Millennium Development Goals (MDG's) dengan mengurangi jumlah penduduk yang miskin dan kelaparan serta menurunkan angka kematian balita menjadi tinggal separo dari keadaan pada tahun 2000.
Perjalanan sejarah bangsa-bangsa di dunia menunjukkan bahwa kualitas sumber daya manusia terbukti sangat menentukan kemajuan dan keberhasilan pembangunan suatu negara-bangsa. Terbentuknya sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan produktif ditentukan oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang sangat esensial adalah terpenuhinya kebutuhan pangan yang bergizi.
Rendahnya konsumsi pangan atau tidak seimbangnya gizi makanan yang dikonsumsi mengakibatkan terganggunya pertumbuhan organ dan jaringan tubuh, lemahnya daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit, serta menurunnya aktivitas dan produktivitas kerja.
Pada bayi dan anak balita, kekurangan gizi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan spiritual. Bahkan pada bayi, gangguan tersebut dapat bersifat permanen dan sangat sulit untuk diperbaiki. Kekurangan gizi pada bayi dan balita, dengan demikian, akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia.

B. TUJUAN
1. Agar mahasiswa dapat mengetahui masalah-masalah gizi yang terjadi pada balita
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara pencegahan dan penanggulangan masalah gizi pada balita


BAB II
I S I

A. Masalah Gizi Pada Balita
Pemberian makanan pada balita harus memenuhi kebutuhab balita, yang meliputi kebutuhan kaloriserta kebutuhan zat-zat gizi utama yang meliputi 5 komponen dasar, yakni hidrat arang, protein, lemak, mineral dan vitamin (termasuk air dalam yang cukup).
Masalah gizi adalah gangguan kesehatan seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhannya akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi yang dalam bahasa Inggris disebut malnutrition, dibagi dalam dua kelompok yaitu masalah gizi-kurang (under nutrition) dan masalah gizi-lebih (over nutrition), baik berupa masalah gizi-makro ataupun gizi-mikro.
Gangguan kesehatan akibat masalah gizi-makro dapat berbentuk status gizi buruk, gizi kurang, atau gizi lebih. Sedang gangguan kesehatan akibat masalah gizi mikro hanya dikenal sebutan dalam bentuk gizi kurang zat gizi mikro tertentu, seperti kurang zat besi, kurang zat yodium, dan kurang vitamin A.
Masalah gizi makro, terutama masalah kurang energi dan protein (KEP), telah mendominasi perhatian para pakar gizi selama puluhan tahun. Pada tahun 1980-an data dari lapangan di banyak negara menunjukkan bahwa masalah gizi utama bukan kurang protein, tetapi lebih banyak karena kurang energi atau kombinasi kurang energi dan protein. Bayi sampai anak berusia lima tahun, yang lazim disebut balita, dalam ilmu gizi dikelompokkan sebagai golongan penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi termasuk KEP.
Berdasarkan data Susenas, prevalensi gizi buruk dan kurang pada balita telah berhasil diturunkan dari 35,57 persen tahun 1992 menjadi 24,66 persen pada tahun 2000.
Namun, terdapat kecenderung peningkatan kembali prevalensi pada tahun-tahun berikutnya. Selain itu, jika melihat pertumbuhan jumlah penduduk dan proporsi balita pada dari tahun ke tahun, sebenarnya jumiah balita penderita gizi buruk dan kurang cenderung meningkat.

Kronisnya masalah gizi buruk dan kurang pada balita di Indonesia ditunjukkan pula dengan tingginya prevalensi anak balita yang pendek (stunting <-2 SD). Masih sekitar 30-40 persen anak balita di Indonesia diklasifikasikan pendek. Tingginya prevalensi gizi buruk dan kurang pada balita, berdampak juga pada gangguan pertumbuhan pada anak usia baru masuk sekolah. Pada tahun 1994 prevalensi gizi kurang menurut tinggi badan anak usia 6-9 tahun adalah 39,8 persen dan hanya berkurang sebanyak 3,7 persen, yaitu menjadi 36,1 persen pada tahun 1999.
Masalah gizi lainnya yang cukup penting adalah masalah gizi mikro, terutama untuk kurang vitamin A, kurang yodium, dan kurang zat besi. Meskipun berdasarkan hasil survei nasional tahun 1992 Indonesia dinyatakan telah bebas dari xerophthalmia, masih 50 persen dari balita mempunyai serum retinol <20 mcg/100 ml, yang berarti memiliki risiko tinggi untuk munculnya kembali kasus xeropthalmia. Sementara prevalensi gangguan akibat kurang yodium (GAKY) pada anak usia sekolah di Indonesia adalah 30 persen pada tahun 1980 dan menurun menjadi 9,8 persen pada tahun 1998.
Walaupun terjadi penurunan yang cukup berarti, GAKY masih dianggap masalah kesehatan masyarakat, karena secara umum prevalensi masih di atas 5 persen dan bervariasi antar wilayah, dimana masih dijumpai kecamatan dengan prevalensi GAKY di atas 30 persen.
Diperkirakan sekitar 18,16 juta penduduk hidup di wilayah endemik sedang dan berat; dan 39,24 juta penduduk hidup di wilayah endemis ringan. Masalah berikutnya adalah anemia gizi akibat kurang zat besi. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada ibu hamil adalah 50,9 persen pada tahun 1995 dan turun menjadi 40 persen pada tahun 2001, sedangkan pada wanita usia subur 15-44 tahun masing-masing sebesar 39,5 persen pada tahun 1995 dan 27,9 persen pada 2001. Prevalensi anemia gizi berdasarkan SKRT 2001 menunjukkan bahwa 61,3 persen bayi < 6 bulan, 64,8 persen bayi 6-11 bulan, dan 58 persen anak 12-23 bulan menderita anemia gizi.

B. PENYEBAB UTAMA MASALAH GIZI
Terdapat dua faktor yang terkait langsung dengan masalah gizi khususnya gizi buruk atau kurang, yaitu intake zat gizi yang bersumber dari makanan dan infeksi penyakit. Kedua faktor yang saling mempengaruhi tersebut terkait dengan berbagai fakto penyebab tidak langsung yaitu ketahanan dan keamanan pangan, perilaku gizi, kesehatan badan dan sanitasi lingkungan.
Ketahanan pangan merupakan salah satu isu utama upaya peningkatan status gizi masyarakat yang paling erat kaitannya dengan pembangunan pertanian. Situasi produksi pangan dalam negeri serta ekspor dan impor pangan akan menentukan ketersediaan pangan yang selanjutnya akan mempengaruhi kondisi ketahanan pangan di tingkat wilayah. Sementara ketahanan pangan pada tingkat rumahtangga, akan ditentukan pula oleh daya daya beli masyarakat terhadap pangan.
ketahanan pangan sebagai isu penting dalam pembangunan pertanian menuntut kemampuan masyarakat dalam menyediakan kebutuhan pangan yang diperlukan secara sustainable (ketersediaan pangan) dan juga menuntut kondisi yang memudahkan masyarakat memperolehnya dengan harga yang terjangkau khususnya bagi masyarakat lapisan bawah (sesuai daya beli masyarakat).
Menyeimbangkan antara ketersediaan pangan dan sesuai dengan daya beli masyarakat dengan meminimalkan ketergantungan akan impor menjadi hal yang cukup sulit dilaksanakan saat ini. Pada kenyataannya, beberapa produk pangan penting seperti beras dan gula, produksi dalam negeri dirasa masih kalah dengan produk impor karena tidak terjangkau oleh daya beli masyarakat kita.
Kebijakan yang ada pun tidak memberi kondisi yang kondusif bagi petani sebagai produsen, untuk dapat meningkatkan produktivitasnya maupun mengembangkan diversifikasi pertanian guna mengembangkan keragaman pangan.
Intake zat gizi yang berasal dari makanan yang dikonsumsi seseorang merupakan salah satu penyebab langsung dari timbulnya masalah gizi. Rata-rata konsumsi energi penduduk Indonesia tahun 2002 adalah sekitar 202 kkal/kap/hari yang berarti sekitar 90.4 persen dari kecukupan yang dianjurkan. Sementara rata-rata konsumsi protein sekitar 54,4 telah melebih kecukupan protein yang dianjurkan baru mencapai 90,4 persendari kecukupan gizi yang dianjurkan sebesar 2200 kkal/hari.
Selain masih rendahnya tingkat konsumsi energi, data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa pola konsumsi pangan penduduk belum memenuhi kaidah gizi baik dari segi kualitas maupun keragamannnya, dimana masih terjadi: (1) kelebihan padi-padian; (2) sangat kekurangan pangan hewani; dan (3) kurang umbi-umbian, sayur dan buah, kacang-kacangan, minyak dan lemak, buah/biji berminyak serta gula. Kondisi tersebut mencerminkan tingginya ketergantungan konsumsi pangan penduduk pada padi-padian terutama beras.

C. PENANGGULANGAN MASALAH GIZI PADA BALITA
Perbaikan gizi kelompok BALITA dicoba dijangkau melalui TAMAN BALITA, Program PMT (Pemberian Makanan Tambahan) dan UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga). Di Taman BALITA diadakan upaya rehabilitasi penderita KKP dan melatih para orangtua bagaimana mengurus dan memasak serta menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak BALITA.
Proyek PMT berupa pemberian makanan bergizi suplemen pada makanan anak BALITA yang biasa dikonsumsi untuk terapi dan rehabilitasi anak-anak yang kondisi gizinya tidak memuaskan. Kegiatan-kegiatan diatas terutama ditujukan pada masyarakat lapisan yang kurang mampu, baik di kota tetapi terutama didaerah pedesaan.
Program UPGK merupakan upaya pendidikan terpadu untuk meningkatkan produksi bahan makanan bergizi di lahan pekarangan sekitar rumah, dipergunakan untuk konsumsi meningkatkan kondisi kesehatan keluarga.
Selain itu, Pengentasan masalah kurang gizi pada balita khususnya Kurang Energi Protein (KEP) pada masa mendatang diharapkan menjadi program masyarakat sendiri dengan memberdayakan sumber-sumber daya setempat yang ada. Untuk mencapai kondisi timbulnya kemampuan masyarakat dalam pengentasan masalah KEP pada balita tahun lalu telah dilakukan penelitian potensi masyarakat dalam melaksanakan pengentasan KEP secara swadaya di dua desa di NTB.
Dari penelitian tersebut telah dihasilkan suatu konsep penanggulangan KEP pada balita oleh masyarakat yang meliputi:
(1) pengorganisasian konsep penanggulangan;
(2) pelatihan;
(3) penimbangan balita;
(4) penyuluhan gizi;
(5) pemberian makanan tambahan; dan
(6) penggalangan dana.
Hasil penimbangan balita pada awal penelitian diperoleh 87 balita KEP dengan keadaan 93,1% gizi kurang dan 6,9% gizi buruk. Kepada balita KEP tersebut dilakukan pemantauan penimbangan setiap bulan selama 3 bulan. Pada akhir penelitian terdapat peningkatan keadaan gizi balita yaitu 45,3% gizi kurang dan 54,7% gizi baik.
Penyelenggaraan pemberian makanan tambahan (PMT) bagi 87 balita KEP selama 30 hari berturut-turut. PMT untuk bulan kedua dan ketiga dilaksanakan dengan bantuan dana dari masyarakat. PMT yang diberikan berupa kue-kue, bubur, kolak atau nasi dengan lauk pauk. Asupan. energi dan protein dari PMT per porsi rata-rata 300-400 kalori dan 3,5-10 g protein.
Penyuluhan gizi dilakukan oleh pengurus kepada ibu balita KEP pada saat pemberian PMT. Pelaksanaan pengentasan KEP ini juga dapat meningkatkan pengetahuan gizi dan KEP pengurus pengentasan KEP, meningkatkan pengetahuan, gizi ibu balita, meningkatkan konsumsi energi dan protein balita (masing- masing).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masalah gizi adalah gangguan kesehatan seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhannya akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah gizi yang dalam bahasa Inggris disebut malnutrition, dibagi dalam dua kelompok yaitu masalah gizi-kurang (under nutrition) dan masalah gizi-lebih (over nutrition), baik berupa masalah gizi-makro ataupun gizi-mikro.
Gangguan kesehatan akibat masalah gizi-makro dapat berbentuk status gizi buruk, gizi kurang, atau gizi lebih. Sedang gangguan kesehatan akibat masalah gizi mikro hanya dikenal sebutan dalam bentuk gizi kurang zat gizi mikro tertentu, seperti kurang zat besi, kurang zat yodium, dan kurang vitamin A.
Masalah gizi makro, terutama masalah kurang energi dan protein (KEP), telah mendominasi perhatian para pakar gizi selama puluhan tahun. Pada tahun 1980-an data dari lapangan di banyak negara menunjukkan bahwa masalah gizi utama bukan kurang protein, tetapi lebih banyak karena kurang energi atau kombinasi kurang energi dan protein. Bayi sampai anak berusia lima tahun, yang lazim disebut balita, dalam ilmu gizi dikelompokkan sebagai golongan penduduk yang rawan terhadap kekurangan gizi termasuk KEP.
Terdapat dua faktor yang terkait langsung dengan masalah gizi khususnya gizi buruk atau kurang, yaitu intake zat gizi yang bersumber dari makanan dan infeksi penyakit. Kedua faktor yang saling mempengaruhi tersebut terkait dengan berbagai fakto penyebab tidak langsung yaitu ketahanan dan keamanan pangan, perilaku gizi, kesehatan badan dan sanitasi lingkungan
Perbaikan gizi kelompok BALITA dicoba dijangkau melalui TAMAN BALITA, Program PMT (Pemberian Makanan Tambahan) dan UPGK (Usaha Perbaikan Gizi Keluarga). Di Taman BALITA diadakan upaya rehabilitasi penderita KKP dan melatih para orangtua bagaimana mengurus dan memasak serta menyediakan makanan bergizi bagi anak-anak BALITA


SEKIAN DAN TERIMA KASIH


DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Achmad Djaeni Sediaoetama, M. Sc. ILMU GIZI untuk mahasiswa dan profesi Jilid I, Dian Rakyat, Jakarta;2004
Browsing internet: 10/10/2008;06.00, Hidayat Syarief, www.gizi.net, MASALAH GIZI di INDONESIA,;2004
Browsing internet: 10/10/2008;06.00, Trintrin Djukarni, dkk digilib.litbang.depkes.go.id, Studi Model Pemberdayaan Masyarakat dalam menanggulangi kurang gizi pada BALITA,;2000

Menu Seimbang

Susunan hidangan yang disajikan diatas meja keluarga dipengaruhi oleh banyak factor. Untuk masyarakat awam susunan hidangan lebih ditentukan oleh kebiasaan turun-temurun dan menurut kebutuhan kepuasan psikis. Hidangan yang menuruti citarasa dan mempunyai nilai sosial tinggi akan lebih banyak dipilih dibandingkan makanan yang tidak menarik dan dianggap tidak mempunyai nilai sosial yang memuaskan.
Untuk masyarakat yang berpendidikan dan cukup pengetahuan mengenai nilai gizi, pertimbangan kebutuhan fisiologik lebih menonjol dibandingkan dengan kebutuhan kepuasan psikis. Tetapi umumnya akan terjadi kompromi antara kebutuhan psikis dan kebutuhan fisiologi tubuh, sehingga terdapat komposisi hidangan yang memenuhi kepuasan psikis maupun kebutuhan fisiologis tubuh. Maka hidangan akan mempunyai sifat lezat disamping mempunyai nilai gizi yang tinggi.
Susunan hidangan tersebut sering disebut “4 sehat 5 sempurna”
Pada kehamilan terjadi perubahan fisik dan mental yang bersifat alami. Para calon ibu harus sehat dan mempunyai gizi yang cukup (berat badan normal) sebelum hamil dan setelah hamil. Harus mempunyai kebiasaan makan yang teratur dan bergizi, berolah raga teratur dan tidak merokok. Jika ibu tidak mendapat gizi yang cukup selama kehamilan, maka bayi yang dikandungnya akan menderita kekurangan gizi. Jadi meskipun sudah cukup bulan bayi tersebut akan lahir dengan berat badan dibawah 2500 gram atau BBLR. Ibu yang kekurangan gizi juga akan kekurangan ASI bila kelak menyusui.


A. MENYUSUN MENU
Pemberian makanan yang baik harus memperhatikan kemampuan tubuh untuk mencerna, umur, jenis aktivitas, dan kondisi tertentu seperti sakit, hamil dan menyusui. Secara alami, komposisi zat gizi untuk setiap jenis makanan memiliki keunggulan dan kelemahan tertentu. Beberapa makananmengandung tinggi karbohidrat tetapi kurang mineral atau vitamin. Beberapa makanan lain mengandung banyak vitamin A tapi tidak atau kurang mengandung vitamin C. dengan mengkonsumsi makanan sehari-hari yang beraneka ragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan zat gizi pada jenis makanan lain, sehingga akan tetap mendapatkan masukan zat gizi yang seimbang.
Telah diketahui secara umum bahwa status gizi pada ibu hamil, sangat mempengaruhi pertumbuhan janin dalam kandungan. Oleh karena itu sedini mungkin ibu hamil diberikan pendidikan kesehatan mengenai gizi yang dapat memenuhi kebutuhan janin dan dirinya dalam masa kehamilannya.
Pola makan yang baik bagi ibu hamil harus memenuhi sumber karbohidrat, protein dan lemak serta vitamin dan mineral. Untuk pengganti nasi dapat digunakan jagung, ubi jalar, ubi rebus, roti dengan sedikit lapisan selaidan havermut. Untuk pengganti protein hewanidapat digunakan daging, ayam, dan telur.
Makanan yang tidak baik dikonsumsi oleh ibu hamil adalah makanan kaleng, makanan manis yang berlebihan, susu berlemak, margarine yang berlebihan, makanan yang sudah tidak segar.
Langkah-langkah merencanakan menu untuk kesehatan reproduksi, dapat diuraikan sebagai berikut:
a. inventarisasi sebanyak mungkin jenis hidangan/ masakan untuk makan pagi, siang, malam, dan selingan untuk memperoleh variasi menu yang lebih banyak. Tetapkan siklus menu misalnya menu untuk lima hari, seminggu atau sepuluh hari.
b. Apabila diperlukan maka variasi menu dapat ditukar tiap enam bulan sekali. Sebagai gambaran penyusunan menu untuk kesehatan reproduksi melingkupi pola menu dan contoh menudapat dilihat pada table berikut:
Tabel 1. contoh pola menu seimbang untuk ibu hamil dan menyusui
Pagi Pukul 10.00 dan pukul 16.00 Siang Malam
Nasi atau penukarnya 1 gelas Makanan selingan:
• 1 buah pisang, atau
• 1 mangkuk bubur kacang hijau, atau
• Biscuit susu 1 gelas Nasi atau penukarnya 2 gelas Nasi atau penukarnya 2 gelas
Lauk hewani/nabati 1 porsi Lauk hewani 1 porsi Lauk hewani 2 porsi
Sayur 1 porsi Lauk nabati 1 porsi
Sayur 1 porsi
Buah 1-2 porsi Lauk nabati 1 porsi
Sayur 1 porsi
Buah 1-2 porsi


Tabel 2. contoh menu dengan pola makan yang baik
Menu Komposisi
Makan Pagi





Makan siang/malam





Makanan selingan
Nasi
Ikan goreng
Tempe/tahu goreng
Tumis kacang panjang
Buah
Susu/teh
Nasi
Ikan goring
Tahu/tempe bacem
Sayur bobor daun singkong
Papaya/pisang
Susu
Pisang rebus/ubi rebus/kue kering/buah
The manis

 MEMILIH BAHAN MAKANAN
Pemilihan bahan makanan untuk kesehatan reproduksi merupakan kegiatan penting setelah penyusunan menu. Rantai pengadaan bahan makanan yang begitu panjang pada umumnya banyak memberi pengaruh pada keutuhan, kesegaran, dan kandungan-kandungan zat gizi dari bahan makanan.
Berbagai kegiatan dalam rantai pengadaan bahan makanan diantaranya pengeringan (harus sesuai persyaratan agar terhindar dari hama saat dikeringkan), pengangkutan (Pengemasan yang baik dan pengangkutan yang cukup murah agar tidak membuat harga jual meningkat) dan penyimpanan .
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan makanan:
 Warna
Beberapa bahan makanan memberi warna tertentu apabila terjadi penurunan kualitas misalnya daging sapi yang seharusnya berwarna merah segar menjadi kebiru-biruan, karena kandungan zat gizinya sudah rusak, demikian juag ikan laut yang sudah lama akan berubah warnanya (insang pucat, mata buram, kulit kebiru-biruan dan lembek). Perubahan warna juga terjadi pada sayuran, dari yang seharusnya hijau segar menjadi kekuning-kuningan atau yang seharusnya kuning menjadi kusam dan kisut. Perlu diwaspadai juga bahan makanan yang diberi zat pewarna, apakah zat pewarna yang digunakan betul2 untuk pewarna makanan. Untuk itu pilihlah makanan yang masih segar dengan kualitas yang baik.
 Bau
Bahan makanan yang berkualitas baik akan memberi aroma yang enak, segar, dan tidak berbau busuk. Karena jika tidak berarti kandungan zat gizinya sudah rusak, selain itu juga dapat menimbulkan keracunan karena sudah terkontaminasi oleh bakteri.

 Mengolah Bahan makanan
Perlu diperhatikan dalam pengolahan bahan makan, antara lain beberapa vitamin mudah larut dalam air pencuci sehingga terbuang, dan beberapa bagian lagi dapat rusak oleh pemanasan dan sinar matahari. Cara memasak yang benar agar berbagai zat gizi tidak hilang dalam proses memasak.


Referensi
Prof Dr Achmad Djaeni Sediaoetama, M.Sc, ILMU GIZI untuk mahasiswa dan profesi Jilid I, Dian Rakyat, Jakarta;2004
Gizi dalam kesehatan Reproduksi,-

Senin, 01 Maret 2010

Do Your Best And Lets God Do The Rest

T : “ Bagaimana Saya Tahu Apa Yang Ingin Saya Lakukan Itu Yang Dikehendaki Allah?”

J : Sebenarnya tidak ada cara yang ampuh bagimu untuk mengetahui bahwa apa yang kamu lakukan itu yang dikehendaki Allah, tetapi itu pasti melibatkan suatu keputusan. Kamu harus membuat keputusan dan kemudian mengatakan pada Allah bahwa kamu ingin melakukan apa yang diinginkan-Nya, menjadi pribadi seperti yang diinginkanNya. Dengan kata lain, mintalah Allah untuk menjadikan keinginanmu sesuai dengan keinginanNya.
Allah berjanji untuk melakukan hal itu (Fil 2:13). Kalau kamu berada tetap dengan Allah (membaca dan mempelajari FirmanNya, bersekutu dengan orang-orang Kristen lainnya di gereja, berdoa dan menaati perintah-perintahNya), kamu boleh percaya bahwa Allah bekerja dalam dirimu, membuatmu ingin melakukan apa yang diinginkanNya dan kemudian memberimu kekuatan untuk melakukannya.
Bila kamu mencari kehendak Allah dan melakukan segala sesuatu yang memang harus dilakukan, mempercayai Dia dari hari ke hari, maka pada akhir hidupmu kamu telah melakukan kehendak Allah. Kamu tidak perlu menghawatirkan gambaran keseluruhannya; kamu hanya perlu mencari Dia dan mengikuti Dia hari ini dan membiarkan Dia mengurus hal selanjutnya.

Cek Realitas:
Pernahkan kamu mendengar istilah Analisis Paralisis? Artinya, Seorang dapat menjadi begitu sibuk dengan kekhawatiran dan pikiran-pikiran untuk melakukan hal yang benar sehingga akhirnya ia malah tidak melakukan apa-apa

BACA MAZMUR 37:4-5

Jadi….Lakukanlah yang terbaik dan biarkan Tuhan yang menyelesaikannya…..Tuhan Memberkati


(Disadur dari Buku 101 Realitas)

Rabu, 24 Februari 2010

Motivasi

Pikirkanlah hal-hal yang membuatmu bahagia,
bukan hal-hal yang membuatmu berduka;
pikirkanlah keindahan dan kebaikan dari sesamamu,
bukan sisi yang kotor dan buruk;
Pikirkanlah berkat yang kau terima,
bukan pencobaan yang kau dapat;
pikirkanlah nilai positif dari persahabatanmu,
bukan sisi kesalahan dan kelemahan;
pikirkanlah keuntungan yang telah kau dapat,
bukan kerugian yang kau buat;
pikirkanlah kata-kata baik yang telah kau ucapkan,
bukan kata-kata kejam dan bermusuhan;
pikirkanlah hari-hari yang indah dan menyenangkan,
bukan hari-hari penuh derita dan kesukaran;
pikirkanlahhari-hari yang penuh sukacita,
bukan hari-hari yang penuh kesuraman;
pikirkanlah harapan yang ada dihadapanmu,
bukan kesia-siaan yang ada dibelakangmu;
pikirkanlah harta yang telah kau dapatkan,
bukan harta yang gagal kau temukan;
pikirkanlah pelayanan yang dapat kau berikan,
bukan hanya melayani diri sendiri;
pikirkanlah kebahagiaan orang lain,
dan melaluinya, kamu akan menemukan dirimu!!!